Tumbuhkan Kreativitas Anak Lewat “Toy Library”
BEKASI, KOMPAS— Tidak semua anak usia dini mempunyai akses terhadap mainan. Kerap kali orang tua menilai bermain dengan mainan hanya membuang waktu. Padahal bermain merupakan salah satu cara untuk mengasah kemampuan motorik anak.
Hal itu mengemuka dalam acara peluncuran Pustaka Mainan Anak Kreatif atau “Toy Library”, di Kantor Yayasan Rumah Komunitas Kreatif (YRKK), Bekasi, Sabtu (29/12/2018). Menurut Ella Yulaelawati, pendiri YRKK sekaligus perintis “Toy Library”, sejak usia dini anak harus diberikan haknya untuk bermain dan mengenal lingkungan sekitarnya.
“Kami percaya bahwa anak belajar secara kreatif dan produktif melalui proses menemukan. Beri kesempatan bagi mereka untuk bermain dan belajar dengan mencoba sendiri,” kata Ella.
Konsep “Toy Library” menyediakan alat main yang sesuai dengan kebutuhan usia anak. Permainan edukatif juga disediakan untuk menunjang tumbuh kembang anak. Konsep ini memberikan pengalaman belajar yang berbeda untuk anak karena menyediakan ruang main untuk anak.
Konsep itu juga bertujuan untuk mendukung keluarga dalam hal pengasuhan anak. Serta, meminjamkan mainan kepada lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan orang tua.
“Toy Library” Anak Kreatif yang didirikan Ella memiliki sejumlah fasilitas yaitu, bengkel main, ruang sensori, dan ruang baca anak kreatif yang berada di rumah pohon. Selain itu terdapat permodelan sawah dan kolam budidaya ikan.
“Kami ingin perpustakaan itu bukan hanya untuk meminjam alat main. Namun, juga sekaligus menjadi tempat pembelajaran langsung bagi anak-anak,” ujar Ella.
Permodelan sawah yang ditanami padi itu bertujuan untuk mengenalkan kepada anak-anak agar mengenal sumber pangan yang mereka konsumsi. Anak juga diberi kebebasan untuk bereksperimen dengan menggunakan berbagai bahan sederhana antara lain, botol bekas, membuat slime dari lem, dan cuka dapur untuk roket terbang.
Menurut Ella, PAUD amat relevan dalam upaya menumbuhkan kreativitas. Anak dalam periode usia dini sudah punya kesiapan belajar. ”Jadi, itu menstimulasi atau menumbuhkan kesukaan belajar dan potensi anak karena sudah ada bibitnya dalam diri anak,” kata Ella.
Mengutip penilaian Indeks Kreativitas Global 2015 oleh Martin Prosperity Institute, Ella menyebutkan kreativitas masyarakat Indonesia terbilang rendah, di urutan ke-115 dari 135 negara. Indeks kreativitas dilihat dari aspek teknologi, talenta, toleran. (Kompas, 7/4/2018)
Sementara itu, Penasehat Himpunan Pendidik Anak Usia Dini Indonesia Gusnawirta T Fasli menyampaikan, sebaiknya anak didorong untuk berinteraksi dengan lingkungannya sejak kecil. Interaksi yang baik dengan mainan dan alam akan membuat mereka semakin cerdas dan kreatif. Para orang tua berkontribusi dalam proses pencerdasan anak, anak seyogianya dijauhkan dari perangkat gawai terus menerus. (MELATI MEWANGI/ E01)